Diketahui, kegiatan yang mengatasnamakan Miltaqo Ulama Aswaja Tapal Kuda Pasuruan 1444 H dengan mengusung tema "Khilafah mengakhiri hegemoni dollar dengan dinar dan dirham" kata dia.
Mushola Baitus Silmi yang dikelola oleh Ahmad Sukirno pada tahun 2018, juga pernah dibubarkan oleh warga setempat yang diduga pengikut kelompok ex HTI, dan mushola tersebut ternyata belum memiliki ijin pendirian.
Ijin pendirian yang diajukan tersebut adalah rumah tempat tinggal, yang sebetulnya kurang etis dikarenakan sekitar 50 M, dari tempat tersebut berdiri masjid besar dan layak untuk tempat ibadah.
Baehaqi selaku Kepala Dusun menerangkan bahwa sering dilakukan kegiatan di tempat tersebut dan tidak pernah melakukan ijin ataupun memberikan kabar oleh perangkat Dusun setempat.
"Bahwa masyarakat setempat sudah geram dan tidak mau adanya kegiatan yang tertutup di tempat tersebut, apalagi hadir beberapa orang dari luar kota," ungkap Baehaqi.
Baehaqi mengungkapkan, karena emosi masyarakat yang sudah memuncak memutuskan untuk mendatangi kegiatan tersebut, diduga backdrop yang tertulis jelas memuat kalimat khilafah yang jelas-jelas sudah dilarang.
"Saat ini pemerintah sudah melarang kelompok HTI yang merupakan perwujudan kelompok yang getol ingin mengganti konstitusi Indonesia dengan khilafah," jelas Baehaqi.
Warga setempat meminta tidak ada lagi kegiatan yang tidak memberi tahu warga. "Apalagi membahas ideologi yang dilarang dan kami meminta segera meninggalkan lokasi kegiatan ini," pungkasnya.
Sementara itu, sampai berita ini ditayangkan media Peristiwaterkininews.id masih berusaha mengkonfirmasi dari Ex HTI Pasuruan Raya Pimpinan Idris Zainudin.
(sul)
