Peringatan Hari Hutan Hujan Sedunia ini direfleksikan melalui gerakan bersih-bersih hutan, penanaman bibit pohon dan aksi lukis on the spot. Kota Surabaya sebagai Kota Pahlawan, saat ini banyak dijejali bangunan beton yang menjulang, sehingga mengkhawatirkan keberadaan hutan sebagai paru-paru kota. Amat Mulyono selaku ketua panitia bersih-bersih hutan menuturkan "Menjaga kelestarian alam di sekitar kita bukan tanggung jawab pemerintah saja, namun tanggung jawab kita semua. Kegiatan ini pun bertemakan Wira Jagaddhita yang bermakna pasukan penjaga keselarasan bumi. Kami ingin fungsi hutan sebagaimana mestinya, tidak dijadikan kepentingan politik ataupun komersil apalagi mendirikan bangunan liar diatasnya" tandasnya.
Ungkapan senada juga disampaikan oleh Nur Kasan dewan pembina Pramuka Peduli Kwarcab Surabaya, ia menuturkan "Jelang perang 10 Nopember, Bung Tomo yang juga seorang pandu berseru melalui pidatonya agar masyarakat dan pemuda mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia. Semangat Bung Tomo inilah yang harus kita teladani melalui kegiatan-kegiatan positif, seperti kepedulian terhadap alam di sekitar kita. Kita sebagai generasi masa kini harusnya tetap menjaga semangat kepahlawanan yang dimiliki oleh Bung Tomo" ucapnya penuh semangat.
Bersih-bersih Hutan Lobre terbilang mandiri tanpa sponsor, orang-orang yang terlibat di dalamnya memiliki spirit cancut taliwondo atau gotong royong. Dan bisa dikatakan kolosal karena diikuti oleh berbagai elemen masyarakat, diantaranya Komunitas Awan Merah Surabaya, Pramuka Peduli, Pemuda Relawan Kota Surabaya, Komunitas Surabaya Historical, Komunitas seni Surabaya Bar Bart hingga warga sekitar. Kesadaran masyarakat Surabaya dalam menjaga alam dan lingkungan layak diapresiasi, yang mereka lakukan merupakan wujud kecintaan terhadap tanah kelahirannya.
(wan)