Di Surabaya profesi ini terdokumentasi dalam catatan Belanda pada awal abad 20 atau sekitar tahun 1920-an. Bahkan di Surabaya utara tepatnya di sisi timur wilayah Ampel terdapat rumah potong hewan kuno yang sudah berdiri sejak jaman kolonial. Rumah potong hewan ini berada di Pegirian dan memperkerjakan puluhan tukang jagal demi melayani kebutuhan daging segar bagi masyarakat Surabaya tempo dulu.
Pada saat itu Kota Surabaya dan sekitarnya masih banyak dihuni orang-orang Belanda serta eropa, maka dahulu rumah potong hewan tersebut tak hanya menyembelih sapi dan kambing saja tetapi juga sesuai permintaan konsumennya. Tiap subuh sampai siang hari para tukang jagal hewan ini bekerja di rumah potong hewan beralatkan bilah-bilah tajam. Mereka bekerja mulai dari menyembelih hingga membuat potongan-potongan daging menjadi ukuran kecil untuk didistribusikan di toko-toko daging serta pasar di wilayah Surabaya dan sekitarnya.
Sampai sekarang Rumah Potong Hewan Pegirian yang menjadi saksi profesi kuno ini masih berdiri, dan telah ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya. Dii RPH inilah profesi jagal terlestarikan dengan baik, bahkan profesi ini dilakukan secara turun temurun atau kekerabatan. Mat Seni (60 tahun) warga Kota Surabaya, menuturkan "Tak terasa saya melakoni hidup sebagai tukang jagal sudah 30 tahun. Awalnya saya ikut orang tua dan cuma bantu-bantu, karena sudah bisa lama-lama terjun sendiri. Kini saya sudah berhenti dan cuma jualan daging saja" ungkap pria paruh baya tersebut.
(wan)