Notification

×

Iklan

Hosting Unlimited Indonesia

Iklan

Hosting Unlimited Indonesia

Tag Terpopuler

Tidak Puas, Beberapa Seniman Lebih Memilih Kotak Kosong Dibanding Eri-Armuji

Rabu, 11 September 2024 | 19:25 WIB Last Updated 2024-09-11T12:25:41Z


Surabaya- Banyak masyarakat Surabaya yang merasa kurang puas dengan kinerja Eri Cahyadi-Armuji dalam memimpin kota.

Karena itu, gerakan mencoblos kotak kosong pada pilwali mendatang terus menguat. Hal ini pula yang akan dilakukan oleh seniman yang tergabung di dalam Dewan Kesenian Surabaya (DKS).

Disampaikan Ketua DKS Chrisman Hadi, sebagai organisasi tertua yang menaungi seniman di Kota Pahlawan, pihaknya merasa tidak puas dengan kepemimpinan Eri Cahyadi-Armuji.

Pasalnya, budaya dan kesenian kurang diberikan perhatian. Bahkan janji kampanye pasangan tersebut untuk menghidupkan kembali Taman Hiburan Rakyat (THR) sebagai pusat kesenian pada 2020 lalu belum terpenuhi.

"Saya kira teman-teman DKS akan berkaca pada sejarah. Pada lima tahun lalu konstetasi Pilwali Surabaya, DKS berdiri di belakang sebagai pendukung Eri Cahyadi. Tapi setelah menang, DKS diperlakukan seperti tisu setelah dipakai ngelap keringat kemudian dibuang bahkan diinjak," kata Chrisman, Rabu, 11 September 2024.

Menurut Chrisman, DKS tidak diperlakukan dengan layak sebagai organ pendukung yang selayaknya ikut menikmati kemenangan.

Yang terjadi pada masa kepemimpinan Eri, justru pemkot menginisiasi organisasi kesenian tandingan serupa DKS. Bahkan ada upaya sistemik untuk menggusur DKS dari sistem tata pemerintahan.

"Maka saya kira kalau orang waras dan punya preferensi untuk mewakili publik kesenian di Surabaya, maka pilihan sikap paling logis yang harus diambil oleh DKS seperti apa? Saya kira cukup sekali saja pengalaman pahit itu bagi DKS," ucap Chrisman.

"Semoga saja nanti para pendukungnya, kalaubmemang nanti bisa menang melawan kotak kosong, tidak bernasib seperti DKS. Tidak hanya ditelantarkan malah secara sistemik hendak dihabisi," sambung pengurus Dewan Kesenian Jawa Timur ini (DKJT).

Menurut Chrisman, memilih kotak kosong bukan berarti meruntuhkan demokrasi. Justru sebaliknya hal tersebut membuat kedudukan rakyat jauh lebih tinggi daripada partai politik yang belakangan penuh kepentingan, ambisius, dan tidak merakyat.

"Kami tidak akan golput, tapi akan memilih kotak kosong sebagai wujud menjunjung moralitas rakyat dan nilai-nilai kebangsaan. Karena dinamika politik sekarang tidak baik-baik saja, semua penuh kepentingan dan mempertontonkan sifat kekuasaan," jelas Chrisman.

Hal senada disampaikan Taufik Monyong, seniman asal Surabaya sekaligus pengurus Dewan Kesenian Jawa Timur (DKJT). Menurutnya, Pilwali Surabaya 2024 tidak menarik lantaran hanya memunculkan calon tunggal.

Oleh sebab itu, adanya fenomena kotak kosong ini disayangkan olehnya. Taufik lantas menaruh perhatian serius terhadap fenomena ini. Dia akan menginisiasi gerakan khusus. Terlebih, total ada 43 kotak kosong se-Indonesia.

"Sebagai konseptor kebangsaan, Pilwali Surabaya tahun ini tidak menarik. Karena mempertontonkan kekuasaan alih-alih mengedepankan kebangsaan," ucapnya.

Jika pada pilwali mendatang kemudian mempertemukan calon tunggal dan kotak kosong, maka tak menutup kemungkinan Taufik memilih untuk mencoblos kotak kosong. Hal ini juga bentuk ketidakpuasannya dengan kepemimpinan ErJi. 


(Alf)
×
Berita Terbaru Update