Notification

×

Iklan

Hosting Unlimited Indonesia

Iklan

Hosting Unlimited Indonesia

Tag Terpopuler

Integrasi Perspektif Linguistik, Pendidikan Inklusif, dan Arah Penelitian Responsif: Jawab Tantangan Literasi Mahasiswa Disleksia

Kamis, 31 Juli 2025 | 11:25 WIB Last Updated 2025-07-31T04:25:03Z


Surabaya,29/07/2025 - Focus Group Discussion (FGD) "Menjawab Tantangan Literasi: Studi Kasus Kemampuan Berbahasa Mahasiswa Disleksia dalam Konteks Pendidikan Inklusif" digelar di Surabaya sebagai bagian dari tahapan awal riset yang difokuskan pada pengembangan strategi pembelajaran yang lebih adil bagi mahasiswa penyandang disleksia di perguruan tinggi,

FGD ini menghadirkan pemikiran lintas disiplin dari para narasumber, dengan penekanan pada integrasi perspektif linguistik dan pendidikan inklusif. Ketua penelitian, Eni Nurhayati, S.Pd., M.Pd., menegaskan bahwa urgensi kajian ini berangkat dari minimnya perhatian serius terhadap pengalaman belajar mahasiswa dengan disleksia dalam konteks perguruan tinggi di Indonesia.

"Pendidikan inklusif bukan sekadar memberi akses masuk bagi mahasiswa berkebutuhan khusus, tetapi tentang bagaimana perguruan tinggi menciptakan sistem pembelajaran yang memampukan semua mahasiswa, termasuk yang memiliki gangguan belajar, untuk berkembang dan berpartisipasi aktif secara adil," ujar Eni.

Dalam sesi diskusi, Ahdi Multazam, S.Pd., memaparkan ciri-ciri umum anak-anak inklusif serta pentingnya strategi penanggulangan yang adaptif. Ia menyoroti bahwa mahasiswa dengan disleksia sering kali mengalami hambatan dalam memahami instruksi, menulis narasi akademik, hingga menyampaikan ide secara lisan.

Dewi Puspa Arum, S.Pd., M.Pd., dosen Linguistik dari Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur, membahas peran penting ilmu linguistik dalam mengurai hambatan berbahasa mahasiswa disleksia. 

"Ilmu linguistik memegang peran krusial dalam memahami dan mengatasi hambatan berbahasa mahasiswa disleksia, sehingga pendekatan pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan kemampuan literasi mereka secara signifikan." jelas Dewi.

Menurutnya, disleksia berkaitan erat dengan gangguan pemrosesan fonologis, sintaksis, dan wacana - semua aspek yang sangat penting dalam aktivitas akademik.

"Penelitian ini diharapkan mampu menjadi pijakan menuju pembelajaran yang lebih manusiawi, adil, dan kontekstual dalam lanskap pendidikan tinggi Indonesia,"tutur Dewi.

Dengan keterlibatan para ahli seperti Ahdi Multazam dan Dewi Puspa Arum, serta arahan dari ketua penelitian Eni Nurhayati, FGD ini memperkuat fondasi gagasan bahwa pendidikan tinggi harus menjamin hak belajar semua mahasiswa, terlepas dari kondisi mereka.

FGD ini menjadi titik awal untuk merancang penelitian kualitatif dengan desain studi kasus, yang akan melibatkan empat mahasiswa disleksia dari salah satu perguruan tinggi negeri sebagai partisipan. Penelitian ini menargetkan dua luaran utama: publikasi artikel ilmiah dan penyusunan naskah kebijakan yang dapat dijadikan rujukan oleh institusi pendidikan tinggi.


(GN)
×
Berita Terbaru Update