Surabaya, - Komunitas Sastra Lumpur kembali menggebrak dunia sastra dengan meluncurkan buku "Helm Tempur" karya Viper Berbisa dalam acara Sahung Rasa Volume 15 di Smeleh Kopi, Surabaya.
Buku ini merupakan antologi tiga cerita pendek yang menyajikan absurditas dan kritik sosial dengan gaya penulisan yang lepas dan imajinatif,Minggu (27/07/2025).
Acara ini dimeriahkan dengan sesi diskusi yang menghadirkan penulis Viper Berbisa, serta dua pembahas lainnya, yaitu Faiz Kusuma dari Stand-up Komedi Surabaya dan Rosul Jaya Raya, cerpenis asal Madura.
Penulis Helm Tempur,Viper Berbisa menjelaskan,diskusi ini membahas proses kreatif di balik Helm Tempur, termasuk latar belakang pemilihan tema dan pendekatan gaya.
"Dalam Helm Tempur,membawa pembaca ke semesta di mana absurditas bukan sekadar strategi humor, melainkan strategi bertahan hidup,"jelas Viper Berbisa.
Bukan hanya itu,antologi ini terdiri dari tiga cerita pendek yang ugal-ugalan sekaligus penuh presisi kritik, menggambarkan manusia hari ini yang mencoba bertahan di dunia yang terlalu cepat berubah dan terlalu mudah menyerah pada absurditas yang disepakati bersama,
Acara Sahung Rasa Volume 15 juga menampilkan panggung performatif yang memindahkan dunia Helm Tempur ke dalam bentuk suara dan tubuh.Penampil yang hadir berasal dari berbagai latar lintas disiplin, termasuk Saung Teater, Gatra & Grambyang Edan, rapper Eltikei, dan DJ Turbo.
Dalam kesempatannya, Pendiri Saung Indonesia Adnan Guntur menuturkan,Viper Berbisa membacakan sebuah manifesto pribadi yang menyatakan bahwa menulis hari ini adalah soal bertahan di tengah disinformasi, hiperrealitas, dan dunia yang memuja kesuksesan palsu.
"Sastra harus hadir sebagai semacam gangguan yang menyela kenyamanan dan memutarbalikkan harapan,"tutur Adnan.
Adnan Guntur juga mengungkapkan,Program Terbit Mini dari Komunitas Sastra Lumpur hadir sebagai jawaban atas keresahan kolektif para penulis muda yang merasa karya mereka belum sempurna.
"Terbit Mini menjadi ruang alternatif yang memberi panggung bagi para penulis muda dan menawarkan pendekatan baru terhadap proses kreatif,"ungkap Adnan.
Masih lanjutnya,dengan tagline "Berproses dan Terbit Bersama Sastra Lumpur", program ini menunjukkan bahwa proses adalah bagian dari publikasi dan bahwa kesalahan, kebingungan, dan kebisingan adalah bagian dari suara yang orisinil.
(GN)